Fakta di Balik Penyelamatan Manohara
Setelah kepulangan Manohara, seluruh media sarat memberitakan tragedi penyelamatan Manohara di Singapura. Dalam hal tersebut, sang ibunda, Daisy Fajarina, disebut sebagai ibu yang sangat heroik karena telah menyelamatkan anak tercintanya dari genggaman pangeran kerajaan Kelantan, Teuku Fakhry.
Tapi apakah kebenaran tragedi penyelamatan tersebut memang sama seperti apa yang diangkat di media? Apakah mungkin dalam waktu kurang dari satu hari, seorang Daisy Fajarina mampu mempersiapkan segala sesuatu untuk dapat mengambil Manohara dari pengawalan ketat para bodyguard kerajaan Kelantan?
Sebenarnya banyak sekali hal yang kurang menjadi perhatian dalam tragedi penyelamatan Manohara tersebut, yang akhirnya membuat seolah-olah Daisy Fajarina adalah sang penyelamat tunggal yang berperang dalam usaha menyelamatkan putri tercintanya.
Berdasarkan info yang dikumpulkan KapanLagi.com, dari keterangan saksi yang pernah terlibat penyelematan Manohara, ada beberapa fakta yang selama ini kurang menjadi perhatian dalam tragedi penyelamatan Manohara, yang akhirnya membuat seolah-olah Daisy Fajarina adalah sang penyelamat tunggal yang berperang dalam usaha menyelamatkan putri tercintanya.
Semisal, bagaimanakah dalam waktu beberapa jam Daisy mengetahui di mana Manohara menginap? Apakah mungkin pihak KBRI di Singapura bisa mengeluarkan paspor untuk Manohara, padahal hari itu adalah hari Minggu? Apakah mungkin dalam waktu beberapa saat Daisy mampu membuat sebuah skenario detail untuk bisa menghindar dari para pengawal kerajaan Kelantan? Hal-hal tersebut sangatlah tidak mungkin terjadi jika tidak ada campur tangan birokrasi yang notabene saat ini menjadi satu keraguan bagi Daisy Fajarina.
Sebenarnya beberapa pihak telah membuat skenario apik untuk menyelamatkan Manohara. Pihak-pihak tersebut antara lain kedutaan besar RI, kedutaan Amerika di Singapura, dan kepolisian Singapura. Mereka berkolaborasi dan tanpa bayaran apapun, secara ikhlas mau membantu kepulangan Manohara. Sedangkan Daisy hanyalah sebagian kecil peran dalam usaha penyelamatan ini. Karena di Singapura terdapat undang-undang, 'hanya keluarga yang sedarah, yang bisa mengambil paksa seseorang dari pihak manapun, meskipun itu adalah seorang suami'.
Namun sepulang Manohara ke Indonesia, tampaknya terjadi hal yang sangat luar biasa, Manohara disambut bak dirinya adalah seorang pahlawan yang baru saja pulang dari medan perang. Hampir semua media cetak dan elektronik memberitakan wanita yang sampai saat ini masih menjadi istri sah pangeran Kelantan tersebut. Padahal, tujuan awal dari Daisy Fajarina adalah menyelamatkan Mano adalah memperjuangkan keadilan, bukanlah berlenggang-kangkung dari TV ke TV. Kenyataannya, mereka lebih mementingkan menjadi tamu spesial di acara infotainment, daripada menyempatkan diri untuk visum dan memikirkan rencana hukum yang akan diambil, supaya kasus yang menjadi bom waktu ini akan segera dapat dijinakkan.
Beberapa waktu lalu, pengacara kawakan, OC Kaligis, juga mencabut kuasanya sebagai pembela, karena Manohara dianggap tidak serius dalam kasus ini.
Daisy Fajarina pernah mengungkapkan kepada media bahwa dirinya kecewa atas kinerja Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan masalah ini. Padahal jika ditelusuri, segala sesuatu yang berkenaan dengan Pemerintahan harus melalui sebuah sistem birokrasi dan prosedur-prosedur yang kompleks. Tapi buktinya, Mano bisa mendapatkan paspor sementara juga atas bantuan Pemerintahan Indonesia.
Apabila Daisy dan Mano membenci dan sangsi kepada KBRI di Malaysia, lalu siapakah yang akan membantu mereka dalam hal-hal yang penting, semisal mengurus perceraian dengan Tengku Fakhry? Waktu yang akan membuktikan kontroversi drama Manohara ini.
Seja o primeiro a comentar
Posting Komentar
Jangan Bengong Aja Silahkan Berkomen disini..