6.05.2009

"Bagaimana Cara Menciptakan Keluarga Yang Sukinah/Awatar Menurut Hindu dan Persiapan Menuju Keluarga Yang Sejahtera Bagi Brahmacari"

Pembukaan dari Ida Pedanda Sebali Tianyar:

Membuka kehidupan grehasta dalam filsafat agama hindu dikatakan sebagai usaha untuk menyatukan buana alit dan buana agung. Kehidupan grehasta memberikan kesempatan untuk menyatukan purusa dan predana dalam lembaga perkawinan. Purusa dan Predana dalam tatwa tidak ditekankan dalam perbedaan jenis kelamin, akan tetapi dilihat dari fungsi-fungsi yang melekat dari purusa dan pradana tersebut.

Jadi siapapun di dalam keluarga berperan sebagai purusa dan pradana mesti memegang teguh kewajiban-kewajiban yang harus diemban.

Seorang Purusa hendaknya memiliki sifat-sifat berikut:

1.

Bersifat seperti Pertiwi, yaitu memberikan penghidupan bagi keluarga yang dibinanya. Sesorang purusa hendaknya menjaga pertiwi yang diembannya dengan penuh tanggung jawab. Seorang kepala keluarga yang berani menjual tanah warisnya tanpa tujuan yang jelas terhadap kelangsungan masa depan anak bisa dikatakan sudah durhaka kepada ibu pertiwi.
2.

Bersifat seperti Apah, yaitu menjadikan air menjadi bersih adalah tugas seorang purusa dalam keluarga. Kewajiban juga mengolah air dengan mengedepankan kesejahteraan alam.
3.

Bersifat seperti Bayu, yaitu sebagai penggerak ekonomi keluarga dengan mencari harta dengan penuh kebijaksanaan. Seorang purusa janganlah banyak berhutang dan lebih banyak menabung dari harta yang didapat. Purusa juga harus mengawasi bagaimana menjaga agar istri jangan banyak berhutang.
4.

Bersifat seperti Teja. Teja dalam seorang purusa adalah ilmu pengetahuan. Seorang purusa memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan pada keluarga dengan mengedepankan pendidikan moral. Seorang purusa hendaknya bisa berpredikat pradnyan untuk bisa menyelamatkan moral dan menjadi sumber penerangan moral keluarga.

Pradana/prakerti artinya melayani. Kewajiban utama seorang istri adalah untuk “melayani” dengan berdasar pada keselarasan fungsi purusa dan pradana. Kebijaksanaan seorang istri akan menentukan keberhasilan suami.

Seorang Pradana hendaknya memiliki sifat-sifat berikut:

1.

Bersifat Pertiwi, yaitu harus menyiapkan diri menjadi ibu dari anak-anak. Anak menurut hindu adalah antara lain: anak didarma, anak kandung, anak karma (anak yang paling utama), dan anak angkat. Tugas seorang predana yang terberat adalah menjadikan suami sebagai anak dalam arti untuk bisa diayomi agar menjadi manusia yang baik.
2.

Bersifat sebagai Parwati. Seorang pradana hendaknya bisa seperti gunung yang tahan goncangan. Sebagai parwati, pendekatan diri dengan Hyang Widi dengan praktek yadnya dan yoga semadi sangat diperlukan. Menyebut nama Tuhan sudah semestinya dilaksanakan dalam semua langkah kegiatan sehari-hari. Nyanyikanlah wargasari pada saat memotong sayur, ucapkanlah om nama siwa ya pada saat menghaluskan bumbu dan lakukanlah yadnya sesa setelah selesai memasak, niscaya seorang predana akan menjadi yang tahan goncangan badai kehidupan mercepada.
3.

Bersifat seperti Laksmi yaitu pandai menata kehidupan keluarga dengan dorongan moril kepada suami dan anak-anak.
4.

Bersifat seperti Padmi: sebagai partner suami yang baik menyangkut kebutuhan lahir dan bathin. Siap lahir dan bathin secara tepat waktu, kamasutra menjadi keharusan.
5.

Bersifat Pati: satya brata. Menjaga kesetiaan dan kehormatan seorang istri. Contoh sifat ini adalah sang satyawati terhadap sang salya mengikat kain kepada sang suami.

Berikut petikan tanya-jawab antara umat dengan Ida Pedanda Sebali Tianyar:

Pertanyaan 1: Apakah betul bahwa anak laki-laki bisa membebaskan karma orang tuanya seperti yang ada dalam ceritera jagatkaru?

Jawaban: Jagatkaru hanya tafsir. Laki laki menurut agama hindu harus dipandang sebagai purusa murni yang disesuaikan dengan fungsinya dalam keluarga. Adalah adat yang menggelapkan dan menjerumuskan prioritas laki-laki menjadi lebih mulia dari wanita padahal penghormatan kepada perempuan di Bali sangat mulia dengan sebutan “ibu” kepada pura di bali. Janganlah kita terbelenggu kepada tafsir, lebih banyaklah menekankan kepada kitab sruti yang tidak berdasar tafsir.

Pertanyaan 2: Bagaimana cara membentuk keluarga sukinah?

Jawaban: Agama hindu mengedepankan membentuk keluarga yang awatar. Seorang purusa harus bertanggung jawab membentuk keluarga awatar dengan menjaga keteguhan diri dan menunjukkan kesucian diri kepada keturunan dan kesetiaan pada dharma. Banyak orang suci lahir pada keluarga yang sukinah. Bersiaplah menjadi keluarga yang siap menerima awatar. Sadu suci, suasana berkasih sayang dengan istri, tetangga teman dsb.

Pertanyaan 3: Bagaimana pandangan Hindu tentang Poligami dan Poliandri?

Jawaban: Hukum purusa dan pradana berkorelasi satu-satu. Dalam pandangan hindu melihat hukum purusa dan predana yang satu berhubungan dengan yang lain, sehingga poligami dan poliandri menjadi tidak dibenarkan. Yang membenarkan adalah tafsir yang disebabkan karena kesulitan mencapai pasangan sejati. Kekurangan ini yang menjadi penyebab kurangnya kita menyadari kekurangan kita.

Pertanyaan 4: Jika mempunyai anak perempuan saja apakah artinya keluarga tidak mempunyai Purusa ?

Jawaban: Penjelasan tentang purusa harus ditelaah lebih jauh. Weda menitik-beratkan akan fungsi purusa dalam keluarga. Kalau hal ini tidak dapat dilakukan maka satu satunya adalah dengan process nyentana, maka anak perempuan menjadi bisa menjadi seorang purusa. Yang paling penting dalam keluarga, bagaimana membentuk anak yang subhakarma.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Jangan Bengong Aja Silahkan Berkomen disini..

Alnect computer Blog Contest

Tukeran Link

Blog Iseng

SETETES HARAPAN ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO